JWMovement.com- Hari Raya Idul Adha berasal dari kata bahasa Arab; “idul” dan “adha”.
“Idul” diambil dari kata “ada yaudu” yang berarti kembali, sedangkan “adha” diambil dari kata “udhiyah” yang artinya kurban.
Sehingga Idul Adha juga disebut sebagai hari raya penyembelihan kurban.
Asal-usul ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah, Allah SWT mensyariatkan kurban agar mengingatkan kita terhadap riwayat kedua nabi tersebut.
Berikut adalah kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an:
Nabi Ibrahim tak kunjung dikaruniai anak oleh Allah SWT. Di usianya yang tak lagi muda, barulah Dia menganugerahkan Ibrahim AS dengan putra pertamanya yang soleh lagi penyabar, yaitu Nabi Ismail AS. Riwayat bermula saat Ismail AS beranjak remaja, di mana Allah SWT memberikan ujian berat kepada Nabi Ibrahim.
Melalui mimpi, Dia memerintahkan Ibrahim AS agar menyembelih anak yang disayanginya itu sebagai kurban di sisi-Nya.
Dengan hati sedih, Nabi Ibrahim menyampaikan perintah Allah SWT yang diperolehnya dari mimpi kepada Ismail AS. Lantas, Ibrahim AS meminta pendapat putranya mengenai titah tersebut. Dengan kerendahan hati, Nabi Ismail mengatakan kepada ayahnya agar melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT kepadanya. Dengan ketaatan, kerelaan, dan ikhlas, Ismail menerima ketentuan-Nya. Ia juga berkata kepada orang tuanya bahwa tak gentar dan tidak ragu atas takdir yang telah ditetapkan-Nya.
Saat keduanya telah pasrah kepada Allah SWT, Ibrahim AS pun mulai melaksanakan perintah-Nya itu.
Ia menelungkupkan Ismail AS dengan bagian wajah yang menghadap ke tanah agar dirinya tak melihat wajah sang putra. Demikian agar perintah-Nya dapat ia selesaikan dengan cepat.
Ketika Nabi Ibrahim mulai menghunuskan pisaunya untuk menyembelih Ismail AS, tiba-tiba terdengar seruan yang menyampaikan bahwa ia telah melaksanakan perintah-Nya. Dirinya yang membaringkan anaknya dan ketulusan hatinya untuk mengorbankan Nabi Ismail sudah terhitung ketaatan terhadap Tuhannya itu.
Allah SWT tidak benar-benar membiarkan Ismail AS untuk disembelih melainkan hanya untuk menguji ketakwaan dari kedua hamba-Nya tersebut. Keduanya pun bersyukur karena telah menghadapi ujian yang berat itu. Menurut jumhur ulama, Allah SWT mengganti penyembelihan Nabi Ismail dengan seekor kambing besar berwarna hitam matanya dan bertanduk besar.
Kata Ibnu Abbas RA, kambing tebusan tersebut berasal dari surga lalu diturunkan kepada Ibrahim AS dari Gunung Tsabir.
Kisah ini mengajarkan nilai-nilai pengorbanan, ketakwaan, dan kepatuhan kepada perintah Allah.
Hari Raya Idul Adha menjadi momen untuk mengenang peristiwa tersebut dan melaksanakan ibadah kurban sebagai bentuk penghormatan dan ketakwaan kepada Allah.
catatan kecil Idul Adha (ZackorDie).